Al-qur’an mengatakan, bahwa hidup di dunia ini sebenarnya adalah hanya
senda gurau. Susah dan senang akan datang saling bergantian, yaitu
sebagai wujud cobaan dari yang maha kuasa. Walaupun hal ini tidak
dipungkiri, tapi pernahkah kita memberikan nasihat untuk bersabar dan
tabah di kala orang sedang terbenam dalam ujian kesenangan dan kemewahan
hidup? Mungkin kalau hal ini kita lakukan, orang akan menganggap kita
sebagai orang yang kurang waras; meskipun Al-qur’an jelas-jelas telah
menyatakan bahwa ujian Allah tidak hanya keburukan saja, kenikmatan pun
merupakan ujian-Nya juga. Firman Allah dalam surat Al-A’raaf:168
menegaskan hal ini “Kami coba mereka dengan nikmat yang baik-baik dan
bencana yang buruk-buruk”
Sebenarnya kalau kita mau jujur, orang justru lebih banyak yang gagal
menghadapi ujian Allah di kala senang, ketimbang di waktu susah.
Kekhawatiran Rasulullah mengenai hal ini pun bukannya tidak ada. Dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bersabda: “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan
atas kalian, akan tetapi aku justru khawatir (kalau-kalau) kemegahan
dunia yang kalian dapatkan, yaitu sebagaimana yang diberikan kepada
orang-orang sebelum kalian akan membuat kalian bergelimang dalam
kemewahan itu sehingga kalian binasa, sebagaimana yang dialami oleh
orang-orang sebelum kalian”
Nampaknya jarang manusia yang menyadari, bahwa kebaikan ataupun
kesenangan hidup itu adalah sebenarnya ujian Allah juga. Hal ini boleh
jadi karena mereka tidak menyadari apa sebenarnya yang dimaksud dengan
ujian Allah itu.
Sebenarnya bila kita mau berpikir dengan jernih, maka mestilah kita akan
sampai pada suatu kesimpulan bahwa sesungguhnya semua yang dialami
dalam hidup ini semata-mata adalah ujian Allah, yaitu agar manusia dapat
membuktikan seberapa jauh ketaatannya pada peraturan-peraturan yang
telah dibuat-Nya. Konsekuensi dari hal inilah munculnya surga dan
neraka. Al-qur’an pun tegas-tegas mengatakan, bahwa kehidupan di dunia
ini tidak lain adalah arena untuk menguji manusia, yaitu siapa yang
terbaik ketaatannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan
Rasul-Nya. Oleh karena itu, jelas keliru bila kita menganggap bahwa
ujian Allah itu adalah hanya segala sesuatu yang menyulitkan dalam
kehidupan saja. Lalu, kalau susah dan senang merupakan perwujudan dari
ujian Allah, apakah pada hakikatnya kesusahan itu sama saja dengan
kesenangan? Kalau kita jawab iya, nampaknya kita harus merubah cara kita
berdo’a, yaitu tidak lagi meminta agar dijauhi dari musibah; tetapi
meminta agar Allah menguatkan punggung kita supaya dapat memikul
musibah-Nya.
Bila hal ini dihayati dengan baik, maka kita akan dapat menjadi hamba
Allah yang tabah dalam menghadapi segala musibah, dan rendah hati
tatkala tangan kita dititipi Allah dengan kemegahan duniawi.
Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar