Saat dunia datang menawarkan pesonanya, manusia terbagi menjadi beberapa
kelompok. Sebagian ada yang dengan tamak melahap pesonanya, hingga
hati, akal dan jasadnya tercancang pada tiang magnet dunia. Sebagian
lagi ada yang tidak peduli, muak dan bersegera pergi menjauh karena
menganggapnya sebagai perintang jalan menuju keutamaan ukhrowi. Sebagian
lagi ada yang bisa bersikap secara proporsional: mencicipi bagiannya
atas nikmat dunia, namun tetap berjejak langkah menuju keutamaan
akhirat. Bagaimana dengan kita?
Pesona dunia memang luar biasa. Kebanyakan manusia masuk dalam kelompok
pertama. Bahkan, manusia-manusia utama, para penghulu Badar yang mulia,
nyaris terjerat hatinya oleh pesona ghanimah (harta rampasan perang)
yang terpampang di depan mata. Sebagian sahabat yang berhasil mengusir
dan memukul mundur pasukan kafir Quraisy dari medan pertempuran merasa
paling berhak mendapat bagian atas harta tersebut. Kelompok sahabat yang
berada di garis belakang dan mengumpulkan ceceran harta tersebut, juga
merasa paling berhak. Ada pula kelompok sahabat lain, yang bertugas
menjaga keselamatan rasulullah Saw, yang merasa paling berhak.
Secara khusus, catatan sirah juga menceritakan tentang rasa sedih dan
kecewa yang menggayuti hati Saad Bin Abi Waqas. Dalam peperangan
tersebut, saudaranya syahid. Saad berhasil membunuh pembunuhnya dan
mengambil pedang miliknya. Saat ia menceritakan halnya pada rasulullah
Saw, beliau memerintahkan Saad untuk meletakkan pedang tersebut bersama
harta ghanimah lain yang belum dibagi. Wajarlah, jika hati Saad kecewa.
Sudah saudaranya terbunuh, tak jua ia diijinkan memiliki harta
rampasannya.
Apa yang kemudian terjadi? Kasak-kusuk sahabat membuahkan turunnya
wahyu. Allah Subhanahu wata'ala memberikan jalan penyelesaian yang
cepat, tepat dan menenangkan buat semua. Katakanlah: “Harta rampasan
perang itu milik Allah dan rasul, sebab itu bertakwalah pada Allah dan
perbaikilah hubungan diantara sesamamu. Dan taatlah pada Allah dan
rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman” (al-anfal:1)
Pesona dunia memang luar biasa. Entah ia datang kehadapan kita sebagai
hasil keringat dan kerja keras, datang sebagai hadiah dan hibah oleh
sebab interaksi sosial, datang sebagai rezeki dari arah yang tidak kita
duga, atau datang sebagai berkah dakwah dan jihad di jalan-Nya, atau
melalui jalan lain. Sebenarnya, tidak penting darimana ia datang, tapi
bagaimana kita menyikapi kedatangannya yang mempesona tersebut dengan
sikap terbaik kita.
Para sahabat sempat berselisih soal dunia, namun mereka bersedia
menyikapinya dengan iman, dengan taat dan dengan tunduk pada ketentuan
Allah Subhanahu wata’ala dan rasul-Nya yang mulia Shallallahu’alaihi
wasallam, sehingga tidak lagi menimbulkan persoalan hati di antara
mereka. Kita pun akan diuji dengan datangnya pesona dunia. Sanggupkah
kita menundukkan hawa nafsu di bawah kendali iman?
Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar