1. Dari Dawud bin Qais, dia berkata, “Abu Murrah pernah mengabarkan
kepadaku bahwa bila Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu hendak pergi,
setelah mengenakan pakaian dia datang kepada ibunya lalu berkata,
‘Semoga keselamatan dan keberkahan terlimpah kepadamu wahai ibu. Semoga
engkau mendapatkan balasan kebaikkan dari Allah karena engkau telah
memeliharaku’, kemudian bila pulang dia pun mengatakan seperti itu” (HR.
al Bukhari dalam Adabul Mufrad)
2. Dari Mundzir ats Tsauri, dia berkata, “Muhammad bin al Hanafiyah
biasa menyisir rambut ibunya” (Kitab Al Birr wa Shilah no. 34)
3. Abdullah bin Ja’far al Maruzi berkata, “Muhammad bin Basyir
pernah berkata, ‘Pernah saya bermaksud untuk keluar (dari Bashrah),
namun ibu saya melarang. Saya pun menaati larangan ibuku. Karena
ketaatanku itu saya mendapatkan berkah’” (Kitab Siyar A’lam an Nubala
XII/145)
4. Muhammad bin Munkadir berkata, “Pernah semalaman saya memijat
kaki ibuku, sementara saudaraku, Umar, waktu itu semalaman juga
melakukan shalat. Saya tidak menganggap amalan malam Umar lebih baik
dari amalan malamku” (Kitab Siyar A’lam an Nubala V/405)
5. Abu Ishaq ar Riqqi al Hambali, ketika menyebutkan biografi
Abdullah bin Aun berkata, “Pernah suatu ketika dia dipanggil oleh
ibunya. Tanpa disadari dia mengeraskan suara melebihi suara ibunya.
Karena hal tersebut dia membebaskan 2 orang budak” (Kitab Ahsan al
Mahasin hal. 348)
6. Ibnu Abbas radhiyallaHu ‘anHu pernah berkata, “Sesungguhnya
Allah menghapus hukuman terhadap Sulaiman bin Dawud ‘alaiHis salam
berkenaan dengan kasus burung hud – hud disebabkan dia berbuat baik
kepada ibunya” (Kitab Bahjah al Majalis hal. 759)
7. Berkata Anas bin an Nadhar al Asyja’i, “Suatu malam ibu Ibnu
Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu meminta air. Ibnu Mas’ud pun mengambil air,
lalu dibawa kepada ibunya. Ternyata ibunya telah tertidur, maka dia pun
berdiri menunggui ibunya hingga pagi” (Kitab Birrul Walidain hal. 550)
8. Muhammad bin al Munkadir pernah meletakkan pipinya ke tanah,
lalu berkata kepada ibunya, “Bangkit dan letakkanlah kakimu di atas
pipiku” (Kitab Siyar A’lam an Nubala V/356)
9. Suatu saat ketika Manshur bin al Mu’tamir duduk – duduk di
rumahnya, tiba – tiba ibunya memanggil dengan nada yang agak kasar,
“Wahai Manshur, anak laki – laki Hubairah, aku membutuhkan kamu untuk
suatu urusan, apakah kamu enggan !?”. Manshur menempelkan jenggot pada
dadanya, sedikit pun dia tidak berani mengangkat kepalanya dan
menghadapkan wajah kepada ibunya. (Kitab Siyar A’lam an Nubala V/359)
10. Suatu ketika Ibnul Hasan at Tamimi hendak membunuh kalajengking,
tetapi kalajengking itu masuk ke lubang. Dia memberanikan diri
memasukkan jari – jarinya ke dalam lubang tersebut meskipun harus rela
disengat. Orang – orang berkata kepadanya, “Kamu ini bagaimana !?”.
Dia menjawab, “Saya khawatir kalajengking tadi keluar, lalu merayap ke
tempat ibuku dan menyengatnya” (Kitab Tahdzib Siyar A’lam an Nubala hal.
541)
11. Suatu ketika Umar ditanya, “Bagaimana bentuk bakti anakmu kepadamu
?”, Umar menjawab, “Setiap kali berjalan di siang hari bersamaku, dia
selalu berjalan di belakangku dan setiap kali berjalan di malam hari dia
bersamaku, dia selalu berjalan di depanku. Begitu pula ketika tidur,
dia tidak pernah tidur di atas bila saya berada di bawah” (Kitab ‘Uyun
al Akhbar III/97)
12. Usamah radhiyallaHu ‘anHu pernah membeli kurma untuk ibunya
walaupun ketika itu harga kurma sangat mahal. Orang – orang berkata
kepadanya, “Apa yang membuatmu berani membeli kurma dengan harga 1000
dirham ?”, lalu dia menjawab, “Saya punya prinsip, bila ibu saya meminta
sesuatu yang saya mampu memenuhinya pasti akan saya penuhi” (Kitab ath
Thabaqat II/527)
13. Orang – orang bertanya kepada Zainal Abidin, “Sungguh kamu adalah
orang yang sangat berbakti kepada ibumu. Tetapi kami tidak pernah
melihat kamu makan bersama ibumu dalam satu piring ?”, dia menjawab,
“Saya khawatir mendahului makan makanan yang hendak dimakan ibu saya,
karena menurut saya itu termasuk tindakkan durhaka kepadanya” (Kitab
Wafayat al A’yan III/268)
Maraji’ :
Kisah – kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak, Syaikh Ibrahim al
Hazimi, Media Hidayah, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1425
H/Maret 2004 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar