Al-qur’an yang mulia mengatakan bahwa semua manusia akan menjalani
beberapa alam kehidupan. Adapun alam kehidupan yang pertama kali adalah
alam roh. Di alam inilah Allah menciptakan roh manusia dengan warna
yang putih bersih.
Kemudian selanjutnya manusia akan memasuki alam kehidupan yang kedua,
yaitu setelah rohnya itu ditiupkan Allah kedalam rahim seorang ibu. Alam
ini disebut juga sebagai alam janin.
Setelah cukup waktunya berada di alam janin, maka manusia akan muncul ke
alam kehidupan yang ketiga, yaitu alam dunia. Di alam dunia inilah baru
manusia mengemban tugas dari Allah Subhanahu wata'ala, yaitu harus
mentaati aturan main yang dibuat oleh-Nya dan oleh rasul-Nya. Bila
manusia sering membangkang dengan tidak melaksanakan tugas yang
dibebankan Allah Subhanahu wata'ala, maka rohnya yang semula berwarna
putih bersih itu dapat menjadi keruh, bahkan bukan tidak mungkin pula
menjadi hitam. Tetapi sebaliknya, bila manusia selalu menghindarkan diri
dari perbuatan-2 yang dilarang-Nya, maka rohnya akan tetap berwarna
putih bersih. Dan bila manusia ini disamping menghindarkan diri dari
perbuatan-2 yang dilarang-Nya itu, ia juga taat melaksanakan segala
perintah-perintah-Nya, maka rohnya akan berwarna putih mengkilat!
Setelah masa penugasan berakhir, yaitu saat manusia itu mati, maka
manusia akan hidup di alam kehidupan yang keempat, yaitu alam kubur atau
alam barzah. Disinilah semua manusia menunggu komando untuk kembali kea
lam asalnya semula, yaitu menghadap Allah Subhanahu wata'ala, untuk
mempertanggungjawabkan sampai sejauh mana ketaatannya dalam melaksanakan
tugas yang diamanahkan-Nya itu. Al-Qiyamah:36 menegaskan hal ini
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?”
Saudaraku,…Marilah kita renungkan dengan hati yang jernih; bagaimana
kira-kira perbedaan antara warna roh kita pada saat kembali ke
hadirat-Nya dengan warna roh kita ketika pertama kali diciptakan Allah
Subhanahu wata'ala. Bila warna roh kita pada waktu kembali itu tetap
putih, yaitu sama seperti pada saat pertama kali diciptakan Allah
Subhanahu wata'ala, bukankah ini berarti bahwa sia-sia saja kita
diterjunkan ke alam dunia ini? Apalagi kalau sampai berwarna hitam!
Seharusnya kita kembali bukan dengan warna roh yang putih sebagaimana
warna pertama kali diciptakan Allah Subhanahu wata'ala, tetapi kita
harus kembali dengan warna putih yang mengkilat. Dan untuk mengkilatkan
jiwa ini, tidak ada cara lain selain berjihad melawan nafsu agar kita
selalu dapat taat pada perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
Mengenai hal ini, ingin saya sampaikan sebuah analogi. Katakanlah ada
seorang pengemis di kota Bandung memutuskan pindah ke Jakarta untuk
mengubah nasibnya. Bila 10 thn kemudian ia pulang kampung kembali ke
Bandung masih sebagai pengemis juga, tentu orang akan memandangnya
sia-sia saja perantauannya ke Jakarta. Demikian juga kita, bila warna
roh kita saat kembali ke alam asal kita nanti berwarna putih seperti
pada waktu pertama kali diciptakan, apakah ini tidak berarti sia-sia
saja keberadaan kita di dunia?, yaitu sama hal nya pengemis bandung tadi
yang sia-sia saja datang ke Jakarta? Apalagi bila kita kembali ke alam
asal kita nanti dengan warna yang hitam, tentu bukan sia-sia lagi,
tetapi jelas ini adalah sangat konyol. Manusia yang bijak tentu akan
berusaha pulang ke kampung asalnya sebagai perantau yang berhasil, yaitu
dengan warna putih dan mengkilat!
Mudah-mudahan introspeksi ini dapat dapat mengingatkan kita, betapa
pentingnya menjaga kesucian jiwa sekaligus mengkilatkan jiwa, sehingga
keberadaan kita di alam dunia ini tidaklah sia-sia seperti halnya
pengemis Bandung tadi.
Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar