Saudariku yang mengaku dirinya muslimat,…..
Berpegang teguhlah pada perintah Allah Ta’ala, Utamakanlah ridha-Nya
daripada ridha selain-Nya. Penuhilah hati ini dengan rasa cinta
kepada-Nya dan senantiasa berdzikir kepada-Nya tanpa rasa jemu, sehingga
dzikrullah itu seakan menjadi senandung yang merdu. Jadikanlah lidah
ini tidak pernah merasa lelah untuk memuji-Nya, hingga bisa menemukan
kenikmatan serta kelezatan iman. Kita harus bisa menerima semua
perintah Allah Ta’ala dengan senang hati dan menjalankan hukum-hukum-Nya
dengan rasa cinta kepada-Nya. Karena itu Allah Ta’ala tidak akan
membiarkan kita, bahkan menolong dan membantunya dengan kekuatan-Nya.
Dia juga memberikan kemuliaan kepada kita.
Saudariku…..
Manusia di dunia ini selalu berlomba meningkatkan kekuatan dan jumlah
hartanya, hingga dia menjadi orang terkuat di antara sesamanya dalam
bidang kekuasaan, paling manis tutur katanya, paling kuat dalih-dalihnya
dan paling banyak pendukungnya serta merasa ridak membutuhkan orang
lain. Namun disaat zaman sudah berubah dan disaat dia mengalami musibah,
ia bagaikan anak kecil yang mencari bapaknya, merengek-rengek mencari
bantuan dan belas kasihan orang lain.
Sesungguhnya manusia itu bagaikan binatang, apabila ia tidak berpegang
teguh pada hokum-hukum Allah Ta’ala, dan tidak mengadakan hubungan
dengan Allah Ta’ala serta tidak mengharap bertemu dengan-Nya. Hawa
nafsunya dituruti, sibuk terhadap dirinya sendiri dan tidak memberikan
manfaat kepada orang lain. Berbeda dengan muslim yang benar dan jujur.
Dia berangkat dari ajaran2 islam, senang melihat manusia yang berada
dalam kebaikan, dan selalu diulurkan tangannya untuk menolong orang
lain. Ia pun benci apabila apabila manusia berada dalam kenistaan dan
kebodohan.
Ukhti…..
Diantara keistimewahan seorang muslim dan muslimat adalah hatinya yang
selalu bergantung kepada Allah Ta’ala, menerapkan syariat-syariat-Nya,
serta menjalankan segala perintah-Nya.
Kesejukan jiwa dan ketenangan hati bisa dilihat oleh mereka yang
senantiasa tegar dalam menghadapi berbagai masalah, dan tidak
terburu-buru dalam meraih apa yang ia cintai, seperti yang
difirmankan-Nya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
Ta’ala mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Hamba-hamba-Nya
yang mukmin tidak pernah terpesona dengan kemewahan hidup di dunia,
namun tidak pula meninggalkan bagiannya yang ada di dalamnya. “Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepadamu
(kebahgiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) dunia”
Ketahuilah Ukhti,…….
Dunia ini sangat singkat usianya, karena itulah manusia tidak berhak
marah dan emosi hanya karena urusan dunia, apalagi sampai menyebabkan ia
terlena dalam mencari kenikmatan yang ada di dalamnya. Sekali lagi
ketahuilah ukhti….dunia itu sangat rendah nilainya bila dibandingkan
dengan negeri akhirat, negeri abadi tempat putusan akhir setiap amal
manusia, negeri tempat menerima nikmat abadi dari Allah Ta’ala.
Keindahannya belum pernah dilihat oleh mata dan belum pula didengar oleh
telinga. Tiada kedengkian di dalamnya. Ia hanya diwariskan kepada
mereka yang beriman dan berakwa.
Saudariku…..
Dengan mengingat mati, pahitnya dunia menjadi manis. Dengan demikian
kita tidak tertipu karenanya. Kadangkala di pagi hari manusia menjadi
takut kalau-kalau tidak bisa hidup di sore hari, dan pada waktu sore
hari takut kalau tidak bisa hidup di pagi hari. Tatkala bencana hilang
darinya, maka beralihlah ketakutannya kepada yang lainnya, seperti takut
kehilangan sanak saudara, kematian teman-teman sejawat, atau ketika
merasakan suatu penyakit. Manusia seperti ini hatinya sering berdebar.
Disaat-saat seperti itu tergambarlah dihadapannya bayangan maut yang
mengintai. Dia terkejut dan takut sehingga menambah rasa sakit dan
kegundahan hati, seakan-akan rasa takut itu sebagai penolak datangnya
maut atau sebagai tempat pelarian.
Begitu lemahnya manusia, begitu kerdilnya dan alangkah pendek umurnya.
Namun sering tatkala masih muda dan segar, manusia menyadari bahwa umur
dan kekuatan yang di banggakannya kelak akan sirna. Badan yang gagah
atau semampai akan menjadi bungkuk dan wajahnya akan berkerut.
Semangatnya akan turun dan aktivitasnya pun berkurang.
Anda mungkin pernah melihat seorang yang kaya yang tinggal di istana
megah, mengendarai mobil mewah dan rumahnya dialasi permadani yang
indah. Namun roda terus berputar, tiba2 ia tinggal di tempat yang lebih
buruk dari istananya dahulu, berkendaraan dengan apa yang dulu
dihinanya, berpakaian dengan pakaian yang dulu enggan dipakainya, dan
kini ia makan dengan apa yang dulu baginya makanan yang menjijikan.
Wahai Saudariku…..
Sesungguhnya kelezatan dan keindahan hidup, ketinggian dan
kesempurnaannya tidak lain hanya dengan taat kepada Allah Ta’ala dengan
istiqomah terhadap perintah-Nya dan berjalan di jalan-Nya. Insya Allah
Ta’ala manusia2 begini hidupnya senantiasa bahagia, tenang, tidak
bersedih hati, memaafkan orang yang menzaliminya, mengampuni kesalahan
orang yang jahat kepada dirinya, belas kasih dan hormat kepada orang
lain. Dia tidak merasa berat dalam membantu kebutuhan orang lain, dan
sepenanggungan dalam suka dan duka. Dia tidak berlebih2an dalam
menjalankan perintah Allah Ta’ala, baik yang kecil maupun yang besar,
bahkan menjadikan setiap amal perbuatan agar dapat mendekatkan diri
pada-Nya. Ketika menjumpai musibah, ia hadapi dengan kesabaran dan penuh
dengan kerelaan hati, dan tatkala maut dating menjemput, dilihatnya
bahwa itu adalah akhir dari perjuangannya di dunia serta merupakan
perjalanan menuju negeri yang abadi.
Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar