Rabu, 01 Agustus 2012

Kesenangan dan Kesusahan

Kesenangan dan Kesusahan

Al-qur’an mengatakan, bahwa hidup di dunia ini sebenarnya adalah hanya senda gurau. Susah dan senang akan datang saling bergantian, yaitu sebagai wujud cobaan dari yang maha kuasa. Walaupun hal ini tidak dipungkiri, tapi pernahkah kita memberikan nasihat untuk bersabar dan tabah di kala orang sedang terbenam dalam ujian kesenangan dan kemewahan hidup? Mungkin kalau hal ini kita lakukan, orang akan menganggap kita sebagai orang yang kurang waras; meskipun Al-qur’an jelas-jelas telah menyatakan bahwa ujian Allah tidak hanya keburukan saja, kenikmatan pun merupakan ujian-Nya juga. Firman Allah dalam surat Al-A’raaf:168 menegaskan hal ini “Kami coba mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk” Sebenarnya kalau kita mau jujur, orang justru lebih banyak yang gagal menghadapi ujian Allah di kala senang, ketimbang di waktu susah. Kekhawatiran Rasulullah mengenai hal ini pun bukannya tidak ada. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku justru khawatir (kalau-kalau) kemegahan dunia yang kalian dapatkan, yaitu sebagaimana yang diberikan kepada orang-orang sebelum kalian akan membuat kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga kalian binasa, sebagaimana yang dialami oleh orang-orang sebelum kalian” Nampaknya jarang manusia yang menyadari, bahwa kebaikan ataupun kesenangan hidup itu adalah sebenarnya ujian Allah juga. Hal ini boleh jadi karena mereka tidak menyadari apa sebenarnya yang dimaksud dengan ujian Allah itu. Sebenarnya bila kita mau berpikir dengan jernih, maka mestilah kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa sesungguhnya semua yang dialami dalam hidup ini semata-mata adalah ujian Allah, yaitu agar manusia dapat membuktikan seberapa jauh ketaatannya pada peraturan-peraturan yang telah dibuat-Nya. Konsekuensi dari hal inilah munculnya surga dan neraka. Al-qur’an pun tegas-tegas mengatakan, bahwa kehidupan di dunia ini tidak lain adalah arena untuk menguji manusia, yaitu siapa yang terbaik ketaatannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, jelas keliru bila kita menganggap bahwa ujian Allah itu adalah hanya segala sesuatu yang menyulitkan dalam kehidupan saja. Lalu, kalau susah dan senang merupakan perwujudan dari ujian Allah, apakah pada hakikatnya kesusahan itu sama saja dengan kesenangan? Kalau kita jawab iya, nampaknya kita harus merubah cara kita berdo’a, yaitu tidak lagi meminta agar dijauhi dari musibah; tetapi meminta agar Allah menguatkan punggung kita supaya dapat memikul musibah-Nya. Bila hal ini dihayati dengan baik, maka kita akan dapat menjadi hamba Allah yang tabah dalam menghadapi segala musibah, dan rendah hati tatkala tangan kita dititipi Allah dengan kemegahan duniawi. Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar