Rabu, 01 Agustus 2012

Sia-siakah Hidup Kita?

Sia-siakah Hidup Kita?

Al-qur’an yang mulia mengatakan bahwa semua manusia akan menjalani beberapa alam kehidupan. Adapun alam kehidupan yang pertama kali adalah alam roh. Di alam inilah Allah menciptakan roh manusia dengan warna yang putih bersih. Kemudian selanjutnya manusia akan memasuki alam kehidupan yang kedua, yaitu setelah rohnya itu ditiupkan Allah kedalam rahim seorang ibu. Alam ini disebut juga sebagai alam janin. Setelah cukup waktunya berada di alam janin, maka manusia akan muncul ke alam kehidupan yang ketiga, yaitu alam dunia. Di alam dunia inilah baru manusia mengemban tugas dari Allah Subhanahu wata'ala, yaitu harus mentaati aturan main yang dibuat oleh-Nya dan oleh rasul-Nya. Bila manusia sering membangkang dengan tidak melaksanakan tugas yang dibebankan Allah Subhanahu wata'ala, maka rohnya yang semula berwarna putih bersih itu dapat menjadi keruh, bahkan bukan tidak mungkin pula menjadi hitam. Tetapi sebaliknya, bila manusia selalu menghindarkan diri dari perbuatan-2 yang dilarang-Nya, maka rohnya akan tetap berwarna putih bersih. Dan bila manusia ini disamping menghindarkan diri dari perbuatan-2 yang dilarang-Nya itu, ia juga taat melaksanakan segala perintah-perintah-Nya, maka rohnya akan berwarna putih mengkilat! Setelah masa penugasan berakhir, yaitu saat manusia itu mati, maka manusia akan hidup di alam kehidupan yang keempat, yaitu alam kubur atau alam barzah. Disinilah semua manusia menunggu komando untuk kembali kea lam asalnya semula, yaitu menghadap Allah Subhanahu wata'ala, untuk mempertanggungjawabkan sampai sejauh mana ketaatannya dalam melaksanakan tugas yang diamanahkan-Nya itu. Al-Qiyamah:36 menegaskan hal ini “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” Saudaraku,…Marilah kita renungkan dengan hati yang jernih; bagaimana kira-kira perbedaan antara warna roh kita pada saat kembali ke hadirat-Nya dengan warna roh kita ketika pertama kali diciptakan Allah Subhanahu wata'ala. Bila warna roh kita pada waktu kembali itu tetap putih, yaitu sama seperti pada saat pertama kali diciptakan Allah Subhanahu wata'ala, bukankah ini berarti bahwa sia-sia saja kita diterjunkan ke alam dunia ini? Apalagi kalau sampai berwarna hitam! Seharusnya kita kembali bukan dengan warna roh yang putih sebagaimana warna pertama kali diciptakan Allah Subhanahu wata'ala, tetapi kita harus kembali dengan warna putih yang mengkilat. Dan untuk mengkilatkan jiwa ini, tidak ada cara lain selain berjihad melawan nafsu agar kita selalu dapat taat pada perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Mengenai hal ini, ingin saya sampaikan sebuah analogi. Katakanlah ada seorang pengemis di kota Bandung memutuskan pindah ke Jakarta untuk mengubah nasibnya. Bila 10 thn kemudian ia pulang kampung kembali ke Bandung masih sebagai pengemis juga, tentu orang akan memandangnya sia-sia saja perantauannya ke Jakarta. Demikian juga kita, bila warna roh kita saat kembali ke alam asal kita nanti berwarna putih seperti pada waktu pertama kali diciptakan, apakah ini tidak berarti sia-sia saja keberadaan kita di dunia?, yaitu sama hal nya pengemis bandung tadi yang sia-sia saja datang ke Jakarta? Apalagi bila kita kembali ke alam asal kita nanti dengan warna yang hitam, tentu bukan sia-sia lagi, tetapi jelas ini adalah sangat konyol. Manusia yang bijak tentu akan berusaha pulang ke kampung asalnya sebagai perantau yang berhasil, yaitu dengan warna putih dan mengkilat! Mudah-mudahan introspeksi ini dapat dapat mengingatkan kita, betapa pentingnya menjaga kesucian jiwa sekaligus mengkilatkan jiwa, sehingga keberadaan kita di alam dunia ini tidaklah sia-sia seperti halnya pengemis Bandung tadi. Kontributor: Agus Cahyana Agus.Cahyana@snsgroup.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar